Rabu, 02 Mei 2012

PERKEMBANGAN ILMU UMUM PADA MASA KEEMASAN ISLAM

MUHSINUN Share:

PERKEMBANGAN ILMU UMUM PADA MASA
KEEMASAN ISLAM
Oleh : Muhsinun


A.    PENDAHULUAN

Islam mengalami masa keemasannya pada masa pemerintahan daulah Abbasiyah. Masa keemasan Islam yang juga dinilai sebagai fase perkembangan terpenting bagi pendidikan Islam dan perkembangan ilmu umum ini terjadi pada kurun waktu abad ketiga sampai kelima  hijriah. Periode ini menjadi sangat terkenal dengan munculnya gerakan intelektual dalam sejarah Islam, sehingga dikenal sebagai kebangkitan dalam sejarah pemikiran, peradaban, budaya dan ilmu pengetahuan.

Perkembangan keilmuan dapat dilihat dari keberhasilan tokoh-tokoh Islam dalam menjalani keilmuan serta banyaknya karya-karya besar dari tokoh-tokoh tersebut. Bidang keilmuan yang berkembang sangat pesat antara lain bidang  fiqih, tafsir, ilmu hadis, teologi. Bahkan  bidang-bidang keilmuan umum seperti halnya ilmu kedokteran (kimia murni maupun terapan) sebagai dasar ilmu farmasi,  filsafat, matematika, astronomi, optika,  dan sastra.[1]  Selain dalam segi pendidikan, kekuasaan Abbasiyah atas umat Islam juga mengantarkan pada zaman pemerintahan yang kuat terpusat, kesejahteraan ekonomi yang tinggi dan peradaban yang luar biasa.
                                                                    
Dunia Islam pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur sebaliknya dunia Barat masih berada dalam keadaan kegelapan, bodoh dan primitif. Ketika itu dunia Islam sudah sibuk mengadakan penyelidikan di laboratorium dan observatorium, sedangkan dunia Barat masih asyik dengan jampi-jampi dan dewa-dewa serta kekangan golongan Gereja yang membuat para ilmuwan tidak dapat mengembangkan keilmuannya.

Perkembangan intelektual Islam ini disebabkan agama yang dibawa Nabi Muhammad Saw. telah mendorong untuk menumbuhkan budaya baru yaitu kebudayaan Islam. Dorongan itu mula-mula menggerakkan terciptanya ilmu pengetahuan dalam lapangan agama (ilmu aqli), sehingga bermunculanlah ilmu-ilmu agama dalam berbagai bidang. Kemudian ketika umat Islam keluar dari Jazirah Arab, mereka menemukan perbendaharaan Yunani. Dorongan dari agama ditambah pengaruh dari perbendaharaan Yunani menimbulkan dorongan untuk munculnya berbagai ilmu pengetahuan bidang akal (ilmu aqli).

Perkembangan ilmu pengetahuan baik berupa ilmu agama maupun ilmu umum yang ada pada masa keemasan Islam ini tidak terlepas dari lahir dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada pada masa itu. Mulai dari lembaga pendidikan yang sifatnya sederhana dan dapat dikatakan sebagai pendidikan tingkat rendah hingga lembaga pendidikan yang telah modern.








B.     PERKEMBANGAN ILMU UMUM PADA MASA KEEMASAN ISLAM

Telah kita maklumi bahwa Islam pada masa kejayaan (keemasan)-Nya, banyak sekali menyumbangkan berbagai peradaban di pentas dunia. Hal ini terbukti dengan banyaknya tokoh-tokoh islam yang diakui sebagai tokoh dunia diberbagai bidang keilmuan. Tidak heran jika pada saat ini, teori-teori berbagai ilmu pengetahuan berkiblat pada ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh ilmuwan Muslim pada Masa Kejayaan Islam yang memang teori-teorinya diterima dan diakui dunia.

Pada dasarnya, sebelum Islam menemukan puncak kejayaannya, di Eropa pernah mendapati sebuah kemajuan yang signifikan yaitu pada saat ia dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Yunani, sehingga ilmuwan Muslim harus memadukan antara peradaban Yunani dengan Peradaban Arab, baik dari segi pemikiran maupun kebudayaan bahkan ilmu pengetahuan seperti misalnya tokoh Ibnu Sina yang dikenal dengan nama  Avesena oleh kalangan barat, Ibnu Rusyd yang dikenal dengan nama Averoues dan lainnya.[2]

Peda masa kejayaan Islam itu banyak sekali cabang-cabang ilmu pengetahuan yang muncul dan berkembang dengan pesat sebagaimana kita ketahui dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan pada masa itu antara lain: ilmu kedokteran (kimia murni maupun terapan) sebagai dasar ilmu farmasi,  filsafat, matematika, astronomi, optika, sastra.[3] dan lain sebagainya.

1.      Ilmu Kedokteran
 “Ilmu kedokteran tak lahir dalam waktu semalam,''Dr Ezzat Abouleish MD dalam tulisannya berjudul Contributions of Islam to Medicine.[4] Studi kedokteran yang berkembang pesat di era modern ini merupakan puncak dari usaha jutaan manusia, baik yang dikenal maupun tidak, sejak ribuan tahun silam.
Kontribusi peradaban Islam dalam dunia kedokteran sungguh sangat tak ternilai. Di era keemasannya, peradaban Islam telah melahirkan sederet pemikir dan dokter terkemukan yang telah meletakkan dasar-dasar ilmu kedokteran modern. Dunia Islam juga tercatat sebagai peradaban pertama yang mempunyai Rumah Sakit dan dikelola oleh tokoh-tokoh professional. Dunia kedokteran Islam di zaman kekhalifahan meninggalkan banyak karya yang menjadi literatur keilmuan Dunia.
Rujukan pertama kedokteran terpelajar dibawah kekuasaan khalifah dinasti Umayyah, yang memperkerjakan dokter ahli dalam tradisi Helenistik. Pada abad ke-8 sejumlah keluarga dinasti Umayyah diceritakan memerintahkan penterjemahan teks medis dan kimiawi dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Berbagai sumber juga menunjukkan bahwa khalifah dinasti Umayyah, Umar ibn Abdul Aziz (p.717-20) memerintahkan penterjemhan dari bahasa Siria ke bahasa Arab sebuah buku pegangan medis abad ketujuh yang ditulis oleh pangeran Aleksandria Ahrun.[5]
Pengalihbahasaan literatur medis meningkat drastis dibawah kekuasaan Khalifah Al-Ma'mun dari Diansti Abbasiyah di Baghdad. Para dokter dari Nestoria dari kota Gundishpur dipekerjakan dalam kegiatan ini. Sejumlah sarjana Islam pun terkemuka ikut ambil bagian dalam proses transfer pengetahuan itu. Tercatat sejumlah tokoh seperti, Yuhanna Ibn Masawayah (w. 857), Jurjis Ibn-Bakhtisliu, serta Hunain Ibn Ishak (808-873 M) ikut menerjemahkan literatur kuno dan dokter masa awal.
Perkembangan tradisi dan keberagaman yang nampak pada kedokteran Arab pertama, dikatan John dapat dilacak sampai pada warisan Helenistik. Dari pada khazanah kedokteran India. walaupun keilmuan kedokteran India kurang terlalu mendapat perhatian, tidak menafikan adanya sumber dan praktek berharga yang dapat dipelajari. Warisan ilmiah Yunani menjadi dominan, khususnya helenistik, John Esposito mengatakan “satu kesadaran atas (perlunya) lebih dari satu tradisi mendorong untuk pendekatan kritis dan selektif “.[6] Seperti dalam sains Arab awal.
Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat. Sejumlah RS (RS) besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, RS tak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru. Tak heran, bila penelitian dan pengembangan yang begitu gencar telah menghasilkan ilmu medis baru. Era kejayaan peradaban Islam ini telah melahirkan sejumlah dokter terkemuka dan berpengaruh di dunia kedokteran, hingga sekarang. `'Islam banyak memberi kontribusi pada pengembangan ilmu kedokteran,'' papar Ezzat Abouleish.[7]
Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka,  seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimon. Al-Razi (841-926 M) dikenal di Barat dengan nama Razes. Ia pernah menjadi dokter istana Pangerang Abu Saleh Al-Mansur, penguasa Khorosan. Ia lalu pindah ke Baghdad dan menjadi dokter kepala di RS Baghdad dan dokter pribadi khalifah. Buku kedokteran yang dihasilkannya berjudul “Al-Mansuri” (Liber Al-Mansofis) dan “Al-Hawi”.
Tokoh kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy atau Averroes (1126-1198 M). Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi sarjana di di Eropa. Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum dalam karyanya berjudul 'Al- Kulliyat fi Al-Tibb' (Colliyet). Buku itu berisi rangkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul 'Al-Taisir' mengupas praktik-praktik kedokteran.
Ammar bin Ali dari Mosul juga ikut mencurahkan kontribusinya. Jasa mereka masih terasa hingga abad 19 M. Psikoterapi, serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Dokter Muslim yang menerapkan psikoterapi adalah Al-Razi serta Ibnu Sina,[8] ini diperkenalkan lagi oleh Abdel-Latief pada abad ke-12 M[9]. yang kurang lebih menulis bahwa lintah dapat digunakan untuk membersihkan jaringan penyakit setelah operasi pembedahan.
Metode-metode ini banyak disadur dan dikembangkan dalam dunia modern. Hingga istilah dan penyebutannya pun berbeda. Misalnya, kometerepi, di dunia modern bisa digunakan kombinasi sitostika dan disebut regimen kometerapi. Padahal sebelumnya penggunaan kometerapi digunakan satu jenis saja. Kometerapi pertama modern adalah asrsphenamine karya Paul Ehrlich, sebuah Arsenic komplel ditemukan pada tahun1909 dan digunakan untuk merawat sipilis[10]. Dan tentunya masih banyak lagi metode terapi atau cara pengobatan lain dari khaazanah ilmu kedokteran Islam.
Abad ke-12 dan ke-13 gelombang besar melanda aktivitas kedokteran, ketika para dokter dari seluruh dunia Muslim mengejar karir institusi medis di Damaskus dan Kairo. Karena sudah banyak Rumah Sakit yang didirikan dan memerlukan lebih banyak dokter dalam pengoprasiaanya. Rujukan pertama dalam mendapatkan ilmu kedokteran adalah Institusi pendidikan seperti madrasah (sekolahan).
Di Damaskus abad ke-13, Muhadzadzab al-Din al-Dakhwar membuat sebuah sekolahan dalam rangka pengajaran kedokteran eksklusif.[11] Sekolah tersebut disambut gembira oleh pemimpin otoritas keagamaan kota tersebut. Ada yang mengatakan, sekolah kedokteran pertama yang dibangun umat Islam sekolah Jindi Shapur. Khalifah Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah yang mendirikan kota Baghdad mengangkat Judis Ibn Bahtishu sebagai dekan sekolah kedokteran itu. Pendidikan kedokteran yang diajarkan di Jindi Shapur sangat serius dan sistematik.
Rumah sakit merupakan salah satu prestasi institusional terbesar masyarakat Islam abad ke-9 dan ke-10 lima RS dibangun di Baghdad. Rumah sakit paling terkenal adalah RS Adudi yang dibangun di bawah pemerintahan Buyudiyah pada tahun 98.  Ketika institusi terkenal seperti RS Nuri di Damaskus (abad ke-12), dan RS al-Mansuri di Kairo (abad ke-13) dibangun bersamaan dengan RS lain di Qayrawan, Mekkah, Madinah, dan Rayy.[12]
Dalam RS lebih maju terdapat berbagai fasilitas seperti apa yang telah dijelaskan. Termasuk apotek (toko obat) khusus untuk melayani pembelian obat masyarakat umum. Berbicara mengenai apotek, Islam juga mewarisi apotek-apotek yang dibangun oleh apoteker Islam zaman dulu. Sharif Kaf al-Ghazal dalam tulisannya bertajuk The Valueble contributions of Al-Razi in the History of pharmacy during the middle Ages, mengungkapkan,  apotek pertama di dunia berdiri di kota Baghdad pada tahun 754 M. Saat itu Baghdad sudah menjadi Ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah.[13]
Dunia keilmuan, khususnya kedokteran modern, harus mengakui peran dan gagasan tokoh Islam yang satu ini. Selain seperti yang kita kenal, Ibnu Shina yang merupakan perintis awal Ilmu kedokteran. Dia adalah Muhammad bin Zakaria Al-Razi, atau lebih dikenal dengan nama Al-Razi. Menempati bidang ini pada usia yang dapat dibilang sudah tidak muda lagi.
Ia lahir di Rayy, dekat Teheran, Iran, pada tahun 846 M. (dikota yang sama pada tahun 925 M).[14] Al-Razi yang bernama lengkap Abu Bakar Muhammad Zakaria al-Razi sebagai seorang pribadi atau pemikir, dia sangat disegani dan dihormati kalangan sarjana barat.  Seperti A.J. Aberry, yang menulis pengantar dalam buku Al-Razi, The Spiritual Physic of Rhazes (penyembuhan rohani). Walaupun sudah menginjak usia tua, ketekunannya dalam bidang kedokeran menghasilkan karya-karya sangat monumental. Humayun bin Ishaq adalah gurunya di Baghdad.
Dengan karya-karya yang dihasilkan dalam bidang kedokteran, pengabdian dan kejeniusan al-Razi diakui oleh Barat. Banyak ilmuan Barat menyebutnya sebagai pionir terbesar dunia Islam dibidang kedokteran. “Razhes merupakan tabib terbesar dunia Islam, dan satu yang terbesar sepanjang sejarah”, jelas Max Mayerhof. Sementara sejarawan barat terkenal, George Sarnton, mengomentari al-Razi , “AL-Razi dari Persia, dia juga kimiawan dan fisikawan. Dia bisa dinyatakan salah seorang salah seorang perintis latrokimia zaman renaisans, maju dibidang teori, dia memadukan pengetahuannya yang luas melalui kebijaksanaan Hippokratis”.[15]
Keseimbangan humor dan kualitas ini menentukan kesehatan, karena itu, ketidak seimbangan dianggap sebagai sebab timbulnya penyakit. Inilah titik sebab kenapa perawatan dan pengobatan itu dilakukan, agar dapat membangun atau memelihara kembali keseimbangan kondisi tubuh yang kacau (sakit). Artinya internal tubuh didapat dalam keadaan baik sebagaimana fungsinya dan tentunya harus didukung kondisi atau cuaca lingkungan yang kondisif. Melalui penggunaan jenis-jenis makanan, obat-obat tertentu dan melalui pengeluaran darah kotor serta pencahar (obat cuci perut).
Sistem yang menjelaskan ilmu kedokteran ini, telah didasari dengan tingkat argumentasi logis tertentu. Didukung dengan observasi medis untuk menentukan adanya penyakit yang hinggap dan memberikan penawarnya (obat). Maka dari itu diskursus teoritis sangat ditekankan pada observasi klinis, dan pertimbangan teoritis memainkan  peran utama dalam strukturisasi dan organisasi pengetahuan medis. Artinya, penelitian atau pengamatan medis tidak hanya bergerak dalam ranah teori atau wacana, tapi juga harus didukung pengamatan  empiris (klinis).
Hal itu dimenivestasikan dalam karya monumentalnya, al-Qanun fil al-Tibb (kanon kedokteran). Magnum opusnya al-Qanun ditulis dengan maksud membuat karya kanonis definitif mengenai kedokteran, yang sangat komprehensif sekaligus teoritis.[16] Semua refleksi teoritis dan sistematis atas karya-karya sebelumnya tercover dalam buku ini. Berawal dari anatomi, kemudia fisiologi, patologi dan akhirnya terapi. Walaupun dia juga melakukan observasi, kegiatannya ini terbilang lemah atau tidak fokus dilakukan.
2.      Ilmu Filsafat

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan boleh dikatakan bahwa filsafat adalah induk dari segala ilmu pengetahuan. Banyak para tokoh muslim yang menekuni ilmu filsafat baik filsafat islam maupun filsafat umum  antara lain: Ibnu Bajjah, al-Kindi, Al-razi, Al-Farabi, Ibnu sina, Ibnu Rusyd dan lainnya.
a.       Ibnu Bajjah.
Khalifah yang berperan dalam memajukan filsafat pada masa kejayaan Islam adalah Al-Hakam, Ia mempunyai inisiatif untuk mengimpor karya-karya ilmiah dan filosofis dari timur dalam jumlah besar sehingga di cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu manyaingi baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan,[17] sehingga muncul tokoh utama filsafat yaitu Abu Bakar Muhammad Ibn Al-Sayikh yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah.[18]

b.      Al-Kindi
Selain Ibnu Bajjah, Al-Kindi adalah seorang Filusuf Islam yang belajar di Basrah, Ia mahir berbagai macam ilmu pengetahuan antara lain Filsafat, ilmu hitung, mantiq, kedokteran geometri dan astronomi,[19] Ibnu Rusyd, adalah seorang filosof yang yang mengikuti jejak Aristoteles dengan ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan Agama.[20]
c.       Al-Razi
Abu Bakar Muhammad Ibnu zakaria Ibnu Yahya Al-Razi Seorang Filosof yang lahir pada masa kejayaan Islam Tahun 192 H/808 M.[21] Al-Razi adalah seorang rasionalis murni yang hanya mempercayai kekuatan akal, bahkan dalam bidang kedokteran studi klinis yang dilakukannya telah menemukan nmetode yang kuat yang berpijak pada observasi dan experimen.[22] Dengan demikian, Al-Razi adalah salah seorang filosof yang hanya mengandalkan akal tanpa menghiraukan kekuasaan Tuhan.
d.      Al-Farabi
Nama Lengkapnya adalah Abu Nashar bin Muhammad bin Mohammad bin Tharkhan bin Unzalagh. Dalam bidang  filsafat, etika, dan kemasyarakatan, Al-Farabi tidak kurang dari delapan belas tulisannya, tiga diantaranya adalah: Ar-Ahl Al-Madinah Al-Fadhilah (pandangan-pandangan para penghuni Negara Yang Utam), Tahsil Al-Sa’adah (Jalan Mencapai Kebahagiaan) dan Al-Siyasah Al-Madaniyah (Politik Kenegaraan).[23]

3.      Sains
Ilmu-Ilmu bidang  Logika, Filosofi, Kedokteran, Fisika, Mekanika, dan sebagainya[24] dengan tokoh dalam dunia barat dia dikenal dengan nama Al-Kindus (Abu Yusuf Yacub Ibnu Ishak Al-Kindi). Memang sudah menjadi semacam adat kebiasaan orang barat pada masa lalu dengan melatinkan nama-nama orang terkemuka, sehingga kadang-kadang orang tidak mengetahui apakah orang tersebut muslim atau bukan. Tetapi para sejarawan kita sendiri maupun barat mengetahui dari buku-buku yang ditinggalkan bahwa mereka adalah orang Islam, karena karya orisinil mereka dapat diketahui dalam bentuk tulisan ilmiah mereka sendiri. Al-Kindi adalah seorang filosof muslim dan ilmuwan  bidang disiplin ilmunya adalah: Filosofi, Matematika, Logika, Musik, Ilmu Kedokteran.[25]

Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi Hidup antara tahun 865-925 dan namanya dilatinkan menjadi Razes. Seorang dokter klinis yang terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan satu penelitian Al-Kimi atau sekarang lebih terkenal disebut ilmu Kimia. Di dalam penelitiannya pada waktu itu Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi sudah menggunakan peralatan khusus dan secara sistimatis hasil karyanya dibukukan, sehingga orang sekarang tidak sulit mempelajarinya dengan buku-buku yang dihasilkannya antara lain ilmu kedokteran, ilmu fisika, logika, matematika dan astronomi.[26] Disamping itu Al-Razi telah mengerjakan pula proses kimiawi seperti: Distilasi, Kalsinasi dan sebagainya dan bukunya tersebut merupakan suatu buku pegangan Lboratorium Kimia yang pertama di dunia.
Abu Nasir Al-Farabi Orang barat menyebutnya dengan  ALFARABIUS. Ia hidup tahun 870-900 M dan merupakan tokoh Islam yang pertama dalam bidang Logika. Al Farabi juga mengembangkan dan mempelajari ilmu Fisika, Matematika, Etika, Filosofi, Politik, dan sebagainya.
Abu Ali Al-Husein Ibnu Sina Atau dikenal dengan nama Avicena, yang hidup antara tahun 980-1037 M. Seorang ilmuwan muslim dan Filosof besar pada waktu itu, hingga kepadanya diberikan julukan Syeh Al-Rais. Keistimewaannya antara lain pada masa umur 10 tahun sudah hafal Al-Qur`an, kemudian pada usia 18 tahun sudah mampu menguasai semua ilmu yang ada pada waktu itu, bidang keahliannya adalah ilmu Kedokteran, ilmu Fisika, Geologi, Mineralogi.


C.    KESIMPULAN
Perkembangan ilmu pengetahuan umum pada masa kejayaan Islam merupakan pondasi dasar  bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada masa pertengahan bahkan sampai pada masa Modern sekarang ini.
Dari berbagai pendapat dan pernyataan pada bahasan di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa pada masa kejayaan Islam, perkembangan ilmu pengetahuan umum berkembang sangat pesat dan meliputi berbagai keilmuan, misalnya ilmu kedokteran, filsafat, sain dan bidang keilmuan lainnya.
Tokoh-tokoh ilmu pengetahuan Islam pada masa itu, sangat banyak dan masing-masing tokoh mampu menguasai berbagai bidang disiplin ilmu. Seorang ilmuan dapat menjadi sumber bagi kemajuan berbagai ilmu pengetahuan.


















DAFTAR PUSTAKA


Esposito, John L., Sains-Sains Islam, (terjmh). Jakarta: Inisiasi Press 2004


Ilmuwan Muslim Penopang Apotek, Republika. 18 Jili 2009

Maryam Siti, dkk., Sejarah Perasdaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Lesfi. 2009)

Mustafa, H.A, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia)

sazali Munawir, Islam Dan Tata Negara Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta,UI.Pres: 1993)

Sucipto, Hery, Ensiklopedi Tokoh Islam, dari Abu Bakar Sampai Nasr dan Qardhawi. (Jakarta: Hikmah 2003).

Syalabi A, Mausu’ah Al-Tarikh Al-Islam Wa Al-Hadlarah Al-Islamiyah, Jilid 4, (Kaero:Maktabah an-Nadlam Al-Misriyah, 1979)

Yatim, Dr. Badri, M.A, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada: 1993)




[1] Siti Maryam, dkk., Sejarah Perasdaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Lesfi. 2009), h. 93
[2] A. Syalabi, Mausu’ah Al-Tarikh Al-Islam Wa Al-Hadlarah Al-Islamiyah, Jilid 4, (Kaero:Maktabah an-Nadlam Al-Misriyah, 1979), h.85
[3] Siti Maryam, dkk., loc.cit
[4] http://www.gaulislam.com/menguak-jejak-kedokteran-islam
[5] John L. Esposito, Sains-Sains Islam, (terjmh). Jakarta: Inisiasi Press 2004, h. 67
[6] Ibid
[7] http://www.gaulislam.com/menguak-jejak-kedokteran-islam
[8] ibid
[9] ibid
[10] ibid
[11] John L. Epson. Op.cit, h. 77
[12] ibid                                  
[13] Ilmuwan Muslim Penopang Apotek, Republika. 18 Jili 2009
[14] Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Islam, dari Abu Bakar Sampai Nasr dan Qardhawi. (Jakarta: Hikmah 2003). H. 123
[15] Ibid, h. 125
[16] John L. Epson, op.cit. h. 72
[17] Dr. Badri yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada: 1993), h. 357
[18] Ibid
[19] H.A. Mustafa, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia), h.101
[20] Dr. Badri yatim, M.A, loc.cit
[21] H.A. Mustafa. h. 115
[22] Ibid. h. 117
[23] Munawir sazali, Islam Dan Tata Negara Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta,UI.Pres: 1993), h. 59
[24] Ibid, h. 102
[25] Drs. H.A. Mustofa, op.cit. h. 100
[26] Ibid. H.116
Published by MUHSINUN

Nulla sagittis convallis arcu. Sed sed nunc. Curabitur consequat. Quisque metus enim venenatis fermentum mollis. Duis vulputate elit in elit. Si vous n'avez pas eu la chance de prendre dans tous.
Follow us Google+.

0 komentar:

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Untuk Perbaikan Blog Ini

Get Updates in your Email
Complete the form below, and we'll send you our best of articles.

Deliver via FeedBurner

Text Widget

Recent News

Contact

Published By Pro Templates Lab | Powered By Blogger
TOP