PERKEMBANGAN ILMU UMUM PADA MASA
KEEMASAN ISLAM
Oleh :
Muhsinun
A. PENDAHULUAN
Islam mengalami masa keemasannya pada masa pemerintahan
daulah Abbasiyah. Masa keemasan Islam yang juga dinilai sebagai fase
perkembangan terpenting bagi pendidikan Islam dan perkembangan ilmu umum ini
terjadi pada kurun waktu abad ketiga sampai kelima hijriah. Periode ini
menjadi sangat terkenal dengan munculnya gerakan intelektual dalam sejarah
Islam, sehingga dikenal sebagai kebangkitan dalam sejarah pemikiran, peradaban,
budaya dan ilmu pengetahuan.
Perkembangan keilmuan dapat dilihat dari
keberhasilan tokoh-tokoh Islam dalam menjalani keilmuan serta banyaknya
karya-karya besar dari tokoh-tokoh tersebut. Bidang keilmuan yang berkembang
sangat pesat antara lain bidang fiqih,
tafsir, ilmu hadis, teologi. Bahkan bidang-bidang keilmuan umum seperti halnya ilmu
kedokteran (kimia murni maupun terapan) sebagai dasar ilmu farmasi, filsafat, matematika, astronomi, optika,
dan sastra.[1] Selain dalam segi pendidikan, kekuasaan
Abbasiyah atas umat Islam juga mengantarkan pada zaman pemerintahan yang kuat
terpusat, kesejahteraan ekonomi yang tinggi dan peradaban yang luar biasa.
Dunia Islam pada waktu itu dalam keadaan
maju, jaya, makmur sebaliknya dunia Barat masih berada dalam keadaan kegelapan,
bodoh dan primitif. Ketika itu dunia Islam sudah sibuk mengadakan penyelidikan
di laboratorium dan observatorium, sedangkan dunia Barat masih asyik dengan
jampi-jampi dan dewa-dewa serta kekangan golongan Gereja yang membuat para
ilmuwan tidak dapat mengembangkan keilmuannya.
Perkembangan intelektual Islam ini disebabkan agama
yang dibawa Nabi Muhammad Saw. telah mendorong untuk menumbuhkan budaya baru
yaitu kebudayaan Islam. Dorongan itu mula-mula menggerakkan terciptanya ilmu
pengetahuan dalam lapangan agama (ilmu aqli), sehingga bermunculanlah ilmu-ilmu
agama dalam berbagai bidang. Kemudian ketika umat Islam keluar dari Jazirah
Arab, mereka menemukan perbendaharaan Yunani. Dorongan dari agama ditambah
pengaruh dari perbendaharaan Yunani menimbulkan dorongan untuk munculnya
berbagai ilmu pengetahuan bidang akal (ilmu aqli).
Perkembangan ilmu pengetahuan baik berupa ilmu agama
maupun ilmu umum yang ada pada masa keemasan Islam ini tidak terlepas dari
lahir dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada pada masa
itu. Mulai dari lembaga pendidikan yang sifatnya sederhana dan dapat dikatakan
sebagai pendidikan tingkat rendah hingga lembaga pendidikan yang telah
modern.
B. PERKEMBANGAN ILMU UMUM PADA MASA
KEEMASAN ISLAM
Telah kita
maklumi bahwa Islam pada masa kejayaan (keemasan)-Nya, banyak sekali
menyumbangkan berbagai peradaban di pentas dunia. Hal ini terbukti dengan
banyaknya tokoh-tokoh islam yang diakui sebagai tokoh dunia diberbagai bidang
keilmuan. Tidak heran jika pada saat ini, teori-teori berbagai ilmu pengetahuan
berkiblat pada ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh ilmuwan Muslim pada
Masa Kejayaan Islam yang memang teori-teorinya diterima dan diakui dunia.
Pada
dasarnya, sebelum Islam menemukan puncak kejayaannya, di Eropa pernah mendapati
sebuah kemajuan yang signifikan yaitu pada saat ia dipengaruhi oleh
pemikiran-pemikiran Yunani, sehingga ilmuwan Muslim harus memadukan antara
peradaban Yunani dengan Peradaban Arab, baik dari segi pemikiran maupun
kebudayaan bahkan ilmu pengetahuan seperti misalnya tokoh Ibnu Sina yang
dikenal dengan nama Avesena oleh kalangan barat, Ibnu Rusyd yang dikenal dengan nama Averoues dan lainnya.[2]
Peda masa
kejayaan Islam itu banyak sekali cabang-cabang ilmu pengetahuan yang muncul dan
berkembang dengan pesat sebagaimana kita ketahui dalam sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa itu antara lain: ilmu kedokteran (kimia
murni maupun terapan) sebagai dasar ilmu farmasi, filsafat, matematika, astronomi, optika, sastra.[3] dan lain sebagainya.
1.
Ilmu Kedokteran
“Ilmu
kedokteran tak lahir dalam waktu semalam,''Dr Ezzat Abouleish MD dalam
tulisannya berjudul Contributions of Islam to Medicine.[4]
Studi kedokteran yang berkembang pesat di era modern ini merupakan puncak dari
usaha jutaan manusia, baik yang dikenal maupun tidak, sejak ribuan tahun silam.
Kontribusi
peradaban Islam dalam dunia kedokteran sungguh sangat tak ternilai. Di era
keemasannya, peradaban Islam telah melahirkan sederet pemikir dan dokter
terkemukan yang telah meletakkan dasar-dasar ilmu kedokteran modern. Dunia
Islam juga tercatat sebagai peradaban pertama yang mempunyai Rumah Sakit dan
dikelola oleh tokoh-tokoh professional. Dunia kedokteran Islam di zaman kekhalifahan
meninggalkan banyak karya yang menjadi literatur keilmuan Dunia.
Rujukan
pertama kedokteran terpelajar dibawah kekuasaan khalifah dinasti Umayyah, yang
memperkerjakan dokter ahli dalam tradisi Helenistik. Pada abad ke-8 sejumlah
keluarga dinasti Umayyah diceritakan memerintahkan penterjemahan teks medis dan
kimiawi dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Berbagai sumber juga menunjukkan
bahwa khalifah dinasti Umayyah, Umar ibn Abdul Aziz (p.717-20) memerintahkan
penterjemhan dari bahasa Siria ke bahasa Arab sebuah buku pegangan medis abad
ketujuh yang ditulis oleh pangeran Aleksandria Ahrun.[5]
Pengalihbahasaan
literatur medis meningkat drastis dibawah kekuasaan Khalifah Al-Ma'mun dari
Diansti Abbasiyah di Baghdad. Para dokter dari Nestoria dari kota Gundishpur
dipekerjakan dalam kegiatan ini. Sejumlah sarjana Islam pun terkemuka ikut
ambil bagian dalam proses transfer pengetahuan itu. Tercatat sejumlah tokoh
seperti, Yuhanna Ibn Masawayah (w. 857), Jurjis Ibn-Bakhtisliu, serta Hunain
Ibn Ishak (808-873 M) ikut menerjemahkan literatur kuno dan dokter masa awal.
Perkembangan
tradisi dan keberagaman yang nampak pada kedokteran Arab pertama, dikatan John
dapat dilacak sampai pada warisan Helenistik. Dari pada khazanah kedokteran
India. walaupun keilmuan kedokteran India kurang terlalu mendapat perhatian,
tidak menafikan adanya sumber dan praktek berharga yang dapat dipelajari.
Warisan ilmiah Yunani menjadi dominan, khususnya helenistik, John Esposito
mengatakan “satu kesadaran atas (perlunya) lebih dari satu tradisi mendorong
untuk pendekatan kritis dan selektif “.[6]
Seperti dalam sains Arab awal.
Pada abad
ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat. Sejumlah
RS (RS) besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, RS tak hanya berfungsi sebagai
tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat menimba
ilmu para dokter baru. Tak heran, bila penelitian dan pengembangan yang begitu
gencar telah menghasilkan ilmu medis baru. Era kejayaan peradaban Islam ini
telah melahirkan sejumlah dokter terkemuka dan berpengaruh di dunia kedokteran,
hingga sekarang. `'Islam banyak memberi kontribusi pada pengembangan ilmu
kedokteran,'' papar Ezzat Abouleish.[7]
Era kejayaan
Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina,
Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimon. Al-Razi (841-926 M) dikenal di Barat
dengan nama Razes. Ia pernah menjadi dokter istana Pangerang Abu Saleh
Al-Mansur, penguasa Khorosan. Ia lalu pindah ke Baghdad dan menjadi dokter
kepala di RS Baghdad dan dokter pribadi khalifah. Buku kedokteran yang
dihasilkannya berjudul “Al-Mansuri” (Liber Al-Mansofis) dan “Al-Hawi”.
Tokoh
kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy atau Averroes (1126-1198 M).
Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi sarjana di di Eropa.
Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum dalam karyanya berjudul 'Al-
Kulliyat fi Al-Tibb' (Colliyet). Buku itu berisi rangkuman ilmu kedokteran.
Buku kedokteran lainnya berjudul 'Al-Taisir' mengupas praktik-praktik
kedokteran.
Ammar bin
Ali dari Mosul juga ikut mencurahkan kontribusinya. Jasa mereka masih terasa
hingga abad 19 M. Psikoterapi, serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu
psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental
seseorang. Dokter Muslim yang menerapkan psikoterapi adalah Al-Razi serta Ibnu
Sina,[8]
ini diperkenalkan lagi oleh Abdel-Latief pada abad ke-12 M[9].
yang kurang lebih menulis bahwa lintah dapat digunakan untuk membersihkan jaringan
penyakit setelah operasi pembedahan.
Metode-metode
ini banyak disadur dan dikembangkan dalam dunia modern. Hingga istilah dan
penyebutannya pun berbeda. Misalnya, kometerepi, di dunia modern bisa digunakan
kombinasi sitostika dan disebut regimen kometerapi. Padahal sebelumnya
penggunaan kometerapi digunakan satu jenis saja. Kometerapi pertama modern
adalah asrsphenamine karya Paul Ehrlich, sebuah Arsenic komplel ditemukan pada
tahun1909 dan digunakan untuk merawat sipilis[10].
Dan tentunya masih banyak lagi metode terapi atau cara pengobatan lain dari
khaazanah ilmu kedokteran Islam.
Abad ke-12
dan ke-13 gelombang besar melanda aktivitas kedokteran, ketika para dokter dari
seluruh dunia Muslim mengejar karir institusi medis di Damaskus dan Kairo.
Karena sudah banyak Rumah Sakit yang didirikan dan memerlukan lebih banyak
dokter dalam pengoprasiaanya. Rujukan pertama dalam mendapatkan ilmu kedokteran
adalah Institusi pendidikan seperti madrasah (sekolahan).
Di Damaskus
abad ke-13, Muhadzadzab al-Din al-Dakhwar membuat sebuah sekolahan dalam rangka
pengajaran kedokteran eksklusif.[11]
Sekolah tersebut disambut gembira oleh pemimpin otoritas keagamaan kota
tersebut. Ada yang mengatakan, sekolah kedokteran pertama yang dibangun umat
Islam sekolah Jindi Shapur. Khalifah Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah yang
mendirikan kota Baghdad mengangkat Judis Ibn Bahtishu sebagai dekan sekolah
kedokteran itu. Pendidikan kedokteran yang diajarkan di Jindi Shapur sangat
serius dan sistematik.
Rumah sakit
merupakan salah satu prestasi institusional terbesar masyarakat Islam abad ke-9
dan ke-10 lima RS dibangun di Baghdad. Rumah sakit paling terkenal adalah RS
Adudi yang dibangun di bawah pemerintahan Buyudiyah pada tahun 98. Ketika institusi terkenal seperti RS Nuri di
Damaskus (abad ke-12), dan RS al-Mansuri di Kairo (abad ke-13) dibangun
bersamaan dengan RS lain di Qayrawan, Mekkah, Madinah, dan Rayy.[12]
Dalam RS
lebih maju terdapat berbagai fasilitas seperti apa yang telah dijelaskan.
Termasuk apotek (toko obat) khusus untuk melayani pembelian obat masyarakat
umum. Berbicara mengenai apotek, Islam juga mewarisi apotek-apotek yang
dibangun oleh apoteker Islam zaman dulu. Sharif Kaf al-Ghazal dalam tulisannya
bertajuk The Valueble contributions of Al-Razi in the History of pharmacy
during the middle Ages, mengungkapkan, apotek pertama di dunia berdiri di kota
Baghdad pada tahun 754 M. Saat itu Baghdad sudah menjadi Ibu kota Kekhalifahan
Abbasiyah.[13]
Dunia
keilmuan, khususnya kedokteran modern, harus mengakui peran dan gagasan tokoh
Islam yang satu ini. Selain seperti yang kita kenal, Ibnu Shina yang merupakan
perintis awal Ilmu kedokteran. Dia adalah Muhammad bin Zakaria Al-Razi, atau
lebih dikenal dengan nama Al-Razi. Menempati bidang ini pada usia yang dapat
dibilang sudah tidak muda lagi.
Ia lahir di
Rayy, dekat Teheran, Iran, pada tahun 846 M. (dikota yang sama pada tahun 925
M).[14]
Al-Razi yang bernama lengkap Abu Bakar Muhammad Zakaria al-Razi sebagai seorang
pribadi atau pemikir, dia sangat disegani dan dihormati kalangan sarjana
barat. Seperti A.J. Aberry, yang menulis pengantar dalam buku Al-Razi, The
Spiritual Physic of Rhazes (penyembuhan rohani). Walaupun sudah menginjak
usia tua, ketekunannya dalam bidang kedokeran menghasilkan karya-karya sangat
monumental. Humayun bin Ishaq adalah gurunya di Baghdad.
Dengan
karya-karya yang dihasilkan dalam bidang kedokteran, pengabdian dan kejeniusan
al-Razi diakui oleh Barat. Banyak ilmuan Barat menyebutnya sebagai pionir
terbesar dunia Islam dibidang kedokteran. “Razhes merupakan tabib terbesar
dunia Islam, dan satu yang terbesar sepanjang sejarah”, jelas Max Mayerhof.
Sementara sejarawan barat terkenal, George Sarnton, mengomentari al-Razi ,
“AL-Razi dari Persia, dia juga kimiawan dan fisikawan. Dia bisa dinyatakan
salah seorang salah seorang perintis latrokimia zaman renaisans, maju dibidang
teori, dia memadukan pengetahuannya yang luas melalui kebijaksanaan Hippokratis”.[15]
Keseimbangan
humor dan kualitas ini menentukan kesehatan, karena itu, ketidak seimbangan
dianggap sebagai sebab timbulnya penyakit. Inilah titik sebab kenapa perawatan
dan pengobatan itu dilakukan, agar dapat membangun atau memelihara kembali
keseimbangan kondisi tubuh yang kacau (sakit). Artinya internal tubuh didapat
dalam keadaan baik sebagaimana fungsinya dan tentunya harus didukung kondisi
atau cuaca lingkungan yang kondisif. Melalui penggunaan jenis-jenis makanan,
obat-obat tertentu dan melalui pengeluaran darah kotor serta pencahar (obat
cuci perut).
Sistem yang
menjelaskan ilmu kedokteran ini, telah didasari dengan tingkat argumentasi
logis tertentu. Didukung dengan observasi medis untuk menentukan adanya
penyakit yang hinggap dan memberikan penawarnya (obat). Maka dari itu diskursus
teoritis sangat ditekankan pada observasi klinis, dan pertimbangan teoritis
memainkan peran utama dalam strukturisasi dan organisasi pengetahuan
medis. Artinya, penelitian atau pengamatan medis tidak hanya bergerak dalam
ranah teori atau wacana, tapi juga harus didukung pengamatan empiris
(klinis).
Hal itu
dimenivestasikan dalam karya monumentalnya, al-Qanun fil al-Tibb (kanon
kedokteran). Magnum opusnya al-Qanun ditulis dengan maksud membuat karya
kanonis definitif mengenai kedokteran, yang sangat komprehensif sekaligus
teoritis.[16] Semua
refleksi teoritis dan sistematis atas karya-karya sebelumnya tercover dalam
buku ini. Berawal dari anatomi, kemudia fisiologi, patologi dan akhirnya
terapi. Walaupun dia juga melakukan observasi, kegiatannya ini terbilang lemah
atau tidak fokus dilakukan.
2. Ilmu
Filsafat
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang sangat penting
bagi perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan boleh dikatakan bahwa filsafat
adalah induk dari segala ilmu pengetahuan. Banyak para tokoh muslim yang
menekuni ilmu filsafat baik filsafat islam maupun filsafat umum antara lain: Ibnu Bajjah, al-Kindi, Al-razi,
Al-Farabi, Ibnu sina, Ibnu Rusyd dan lainnya.
a.
Ibnu Bajjah.
Khalifah yang berperan dalam memajukan filsafat pada masa
kejayaan Islam adalah Al-Hakam, Ia mempunyai inisiatif untuk mengimpor
karya-karya ilmiah dan filosofis dari timur dalam jumlah besar sehingga di
cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu manyaingi
baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan,[17]
sehingga muncul tokoh utama filsafat yaitu Abu Bakar Muhammad Ibn Al-Sayikh
yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah.[18]
b.
Al-Kindi
Selain Ibnu
Bajjah, Al-Kindi adalah seorang Filusuf Islam yang belajar di Basrah, Ia mahir
berbagai macam ilmu pengetahuan antara lain Filsafat, ilmu hitung, mantiq,
kedokteran geometri dan astronomi,[19]
Ibnu Rusyd, adalah seorang filosof yang yang mengikuti jejak Aristoteles dengan
ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan
kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian
filsafat dan Agama.[20]
c.
Al-Razi
Abu Bakar Muhammad Ibnu zakaria Ibnu Yahya Al-Razi Seorang Filosof yang
lahir pada masa kejayaan Islam Tahun 192 H/808 M.[21]
Al-Razi adalah seorang rasionalis murni yang hanya mempercayai kekuatan akal,
bahkan dalam bidang kedokteran studi klinis yang dilakukannya telah menemukan
nmetode yang kuat yang berpijak pada observasi dan experimen.[22]
Dengan demikian, Al-Razi adalah salah seorang filosof yang hanya mengandalkan
akal tanpa menghiraukan kekuasaan Tuhan.
d.
Al-Farabi
Nama Lengkapnya adalah Abu Nashar bin Muhammad bin Mohammad bin Tharkhan
bin Unzalagh. Dalam bidang filsafat,
etika, dan kemasyarakatan, Al-Farabi tidak kurang dari delapan belas
tulisannya, tiga diantaranya adalah: Ar-Ahl Al-Madinah Al-Fadhilah (pandangan-pandangan
para penghuni Negara Yang Utam), Tahsil Al-Sa’adah (Jalan Mencapai Kebahagiaan)
dan Al-Siyasah Al-Madaniyah (Politik Kenegaraan).[23]
3. Sains
Ilmu-Ilmu
bidang Logika, Filosofi, Kedokteran,
Fisika, Mekanika, dan sebagainya[24]
dengan tokoh dalam dunia barat dia dikenal dengan nama Al-Kindus (Abu Yusuf
Yacub Ibnu Ishak Al-Kindi). Memang sudah menjadi semacam adat kebiasaan orang
barat pada masa lalu dengan melatinkan nama-nama orang terkemuka, sehingga
kadang-kadang orang tidak mengetahui apakah orang tersebut muslim atau bukan.
Tetapi para sejarawan kita sendiri maupun barat mengetahui dari buku-buku yang
ditinggalkan bahwa mereka adalah orang Islam, karena karya orisinil mereka
dapat diketahui dalam bentuk tulisan ilmiah mereka sendiri. Al-Kindi adalah
seorang filosof muslim dan ilmuwan bidang
disiplin ilmunya adalah: Filosofi, Matematika, Logika, Musik, Ilmu Kedokteran.[25]
Muhammad
Ibnu Zakaria Al-Razi Hidup antara tahun 865-925 dan namanya dilatinkan menjadi
Razes. Seorang dokter klinis yang terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan
satu penelitian Al-Kimi atau sekarang lebih terkenal disebut ilmu Kimia. Di dalam
penelitiannya pada waktu itu Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi sudah menggunakan
peralatan khusus dan secara sistimatis hasil karyanya dibukukan, sehingga orang
sekarang tidak sulit mempelajarinya dengan buku-buku yang dihasilkannya antara
lain ilmu kedokteran, ilmu fisika, logika, matematika dan astronomi.[26]
Disamping itu Al-Razi telah mengerjakan pula proses kimiawi seperti: Distilasi,
Kalsinasi dan sebagainya dan bukunya tersebut merupakan suatu buku pegangan
Lboratorium Kimia yang pertama di dunia.
Abu Nasir
Al-Farabi Orang barat menyebutnya dengan ALFARABIUS.
Ia hidup tahun 870-900 M dan merupakan tokoh Islam yang pertama dalam bidang
Logika. Al Farabi juga mengembangkan dan mempelajari ilmu Fisika, Matematika,
Etika, Filosofi, Politik, dan sebagainya.
Abu Ali
Al-Husein Ibnu Sina Atau dikenal dengan nama Avicena, yang hidup antara tahun
980-1037 M. Seorang ilmuwan muslim dan Filosof besar pada waktu itu, hingga
kepadanya diberikan julukan Syeh Al-Rais. Keistimewaannya antara lain pada masa
umur 10 tahun sudah hafal Al-Qur`an, kemudian pada usia 18 tahun sudah mampu
menguasai semua ilmu yang ada pada waktu itu, bidang keahliannya adalah ilmu
Kedokteran, ilmu Fisika, Geologi, Mineralogi.
C.
KESIMPULAN
Perkembangan
ilmu pengetahuan umum pada masa kejayaan Islam merupakan pondasi dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
pertengahan bahkan sampai pada masa Modern sekarang ini.
Dari
berbagai pendapat dan pernyataan pada bahasan di atas, dapat kita ambil
kesimpulan bahwa pada masa kejayaan Islam, perkembangan ilmu pengetahuan umum
berkembang sangat pesat dan meliputi berbagai keilmuan, misalnya ilmu
kedokteran, filsafat, sain dan bidang keilmuan lainnya.
Tokoh-tokoh
ilmu pengetahuan Islam pada masa itu, sangat banyak dan masing-masing tokoh
mampu menguasai berbagai bidang disiplin ilmu. Seorang ilmuan dapat menjadi
sumber bagi kemajuan berbagai ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Esposito, John L., Sains-Sains Islam, (terjmh). Jakarta:
Inisiasi Press 2004
Ilmuwan Muslim Penopang Apotek, Republika. 18
Jili 2009
Maryam
Siti, dkk., Sejarah Perasdaban Islam Dari
Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Lesfi. 2009)
Mustafa, H.A, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia)
sazali
Munawir, Islam Dan Tata Negara Ajaran,
Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta,UI.Pres: 1993)
Sucipto,
Hery, Ensiklopedi Tokoh Islam, dari Abu Bakar Sampai Nasr dan Qardhawi.
(Jakarta: Hikmah 2003).
Syalabi
A, Mausu’ah Al-Tarikh Al-Islam Wa
Al-Hadlarah Al-Islamiyah, Jilid 4, (Kaero:Maktabah an-Nadlam Al-Misriyah,
1979)
Yatim, Dr.
Badri, M.A, Sejarah Peradaban Islam
Dirasah Islamiah II, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada: 1993)
[1] Siti Maryam,
dkk., Sejarah Perasdaban Islam Dari Masa
Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Lesfi. 2009), h. 93
[2] A. Syalabi, Mausu’ah Al-Tarikh Al-Islam Wa Al-Hadlarah
Al-Islamiyah, Jilid 4, (Kaero:Maktabah an-Nadlam Al-Misriyah, 1979), h.85
[3] Siti Maryam,
dkk., loc.cit
[6] Ibid
[7] http://www.gaulislam.com/menguak-jejak-kedokteran-islam
[8] ibid
[9] ibid
[10] ibid
[11] John L. Epson.
Op.cit, h. 77
[13] Ilmuwan Muslim Penopang Apotek,
Republika. 18 Jili 2009
[14] Hery Sucipto,
Ensiklopedi Tokoh Islam, dari Abu Bakar Sampai Nasr dan Qardhawi. (Jakarta:
Hikmah 2003). H. 123
[15] Ibid, h. 125
[16] John L. Epson,
op.cit. h. 72
[17] Dr. Badri yatim,
M.A, Sejarah Peradaban Islam Dirasah
Islamiah II, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada: 1993), h. 357
[18] Ibid
[19] H.A. Mustafa, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia),
h.101
[20] Dr. Badri yatim,
M.A, loc.cit
[21] H.A. Mustafa. h.
115
[22] Ibid. h. 117
[23] Munawir sazali, Islam Dan Tata Negara Ajaran, Sejarah dan
Pemikiran, (Jakarta,UI.Pres: 1993), h. 59
[24] Ibid, h. 102
[25] Drs. H.A.
Mustofa, op.cit. h. 100
[26] Ibid. H.116
0 komentar:
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Untuk Perbaikan Blog Ini